INOVASI PERPUSTAKAAN MASA DEPAN MELALUI KONSEP BLENDED LIBRARY SERTA PENGIMPLEMENTASIAN UNSUR SM RT CITY DAN IoT (Internetof Things)
Oleh : Aisyanita Amelia Nurleilani
SMK NEGERI 1TUBAN
Perpustakaan merupakan sebuah institusi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan buku-buku, koleksi naskah, sumber pembelajaran, serta materi referensi. Sementara itu, di masa kini perpustakaan bukan lagi sebuah tempat untukmembaca buku saja, tetapi juga sebagai tempatmencari informasi serta berita global. Perpustakaan masa kini telah difasilitasi oleh wifi dengan ketentuan penggunaan fasilitas wifi yang berbeda-beda ditiap daerah.
Perpustakaan masa depan merupakansebuah rancangan perkembangan perpustakaan tingkat lanjut yang berupa inovasi dari perpustakaan terdahulu. Pada era yang serba digital ini, perpustakaan lambat laun menjaditempat yang sangat jarang dikunjungi. Masyarakat lebih memilih tempat lain dengan akses fasilitas wifi yang memadai seperti taman, kafe, dan lainnya. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kita, dimana masyarakat tidak lagi mau berliterasi. Oleh karena itu, kita membutuhkan kreatifitas guna merancang konsep perpustakaan masa depan yang memungkinkan untuk digemari khalayak umum terutama dikalangan generasi milenial. Sebuahinovasi masa depanyang sejalan pada era serba digital sepertisekarang yaitu inovasiperpustakaan masa depan melalui konsep Blended Library.
Belnded Libraryterdiri dari kata “Blended” dan “librarian”. Blendedmerupakan kata sifatyang berarti campuran, sedangkan librarian adalah kata benda yang artinya pustakawan. Blended Library dapat diartikan sebagai pustakawan perpustakaan campuran. Maksud dari gagasan itu menjelaskan bahwa konsep ini dibangun untuk memberikan peran baru bagi pustakawan guna mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan. Pada dasarnya, peran pustakawan digunakan untuk membantu pelajar atau khalayak umum sehingga mereka bisa melek informasi digital. Konsep Blended Library mensyaratkan bahwa pustakawan yang bersangkutan terlibat dalam melaksanakan pembangunan gemar literasi.Pustakawan setidaknya memilikibeberapa ketrampilan seperti,mengelola informasi, melayanidan memfasilitasi pemustaka, memberi edukasi, sharing wawasan, serta berinteraksi aktif dengan pemustaka.
Inovasi Blended Library merupakan suatu strategi penggabungan tiga kombinasi yang meliputi penyediaan layanan dan fasilitas media digital, menyediakan layanan yang mengikuti pola kebutuhan informasi dari kalangan akademik, serta peran pustakawan yang tidak hanya mampu mengolah bahan pustaka, tetapi juga harus memiliki kompetensi dibidang teknologi informasi. Bentuk pengimplementasiannya dapat berupa penyediaan sumber referensi informasi, tidak hanya sebagai tempatuntuk membaca buku,tetapi juga sebagaitempat mengoptimalkan TIK untuk akses informasi, dan sebagainya. Blended library sudah diterapkan dibeberapa negara didunia, dan juga sudah diterapkan dibeberapa daerah di Indonesia. Yang paling banyak menerapkan Blended Library di Indonesia terletakpada perpustakaan di perguruan tinggi.Menurut penelitian ejournal.undip, salah satu perpustakaan perguruan tinggi yang telah memilikipustakawan dengan kemampuan blendedlibrarian yaitu Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini, terdapat beberapa pengimplementasian Blended Library di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sangat menarikseperti, literasi informasi, penyedia layanan learnings commons, penyedia fasilitas digital dan sumberreferensi informasi, serta masih banyaklagi.
Inovasi Blended Library tidak jauh dari media digital dan perangkat elektronik. Selain adanya inovasi Blended Library, sangat memungkinkan apabila menambahkan unsur konsepSmart City dan Iot (Internet of Things). Apa itu Smart City? Smart City (Kota Cerdas) adalah desain kota yang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan performa, mengurangi biaya dan pemakaian konsumsi, serta terlibat lebih aktif dan efektif dengan masyarakat. Smart City membangun sebuah kota yang telah diintegrasi oleh teknologi informasi dan komunikasi dalam tata kelolakehidupan sehari-hari. Faktoryang mempengaruhi SmartCity antara lain,infrastruktur yang modern, pembangunan kota berbasis digital, dan pengimplementasian IoT (Internet of Things)
Definisi dari konsep IoT sendiri merupakansebuah konsep yang terhubung dengan perangkat sebagai media komunikasi yang berbasis internet. Dengan adanya IoT, pengguna bisa saling terhubung dan berkomunikasi untuk melakukan aktivitas tertentu, mengolah, maupun mengirim informasi. Pada dasarnya, IoT beroperasi dengan cara menghubungkan berbagai jenis perangkat sepertisoftware atau hardwareke jaringan internet.Dalam prosesnya, komponenutama pada IoT meliputi tiga hal yakni, sensor, gateway, dan cloud. Pada konsep ini, sensor digunakan untuk mengumpulkan data dari objek fisik yang terhubung denganjaringan internet. Sensordapat berupa sensor gerakan, sensor cahaya, dan jenis sensor yang lain. Selanjutnya pada komponen gateway berfungsi untuk mentransmisikan data. Gateway dapat memproses serta melakukantindakan otomatis seperti menyalakan atau mematikan perangkat. Dan yang terakhir adalah cloud yang berfungsi untuk memberikan layanan dan aplikasi yang diperlukan melalui data yang telah ditransmisikan.
Perpustakaan masa depan identik dengan inovasi yang berbasis digital. Sehingga, sangat memungkinkan jika ketiga konseptersebut digabungkan dan menghasilkan inovasiyang fantastis. Saat ini, masih minim adanya perpustakaan yang menyediakan fasilitas internet yang memadai. Sehingga perlu adanya kreatifitas tanpa batas sebagai upaya membangun kembali perpustakaan agar menjadi tempat yang disukai masyarakat terutama dikalangan generasi muda. Ada banyak sekali inovasi dan konsep yang bisa diambil untuk menyokong potensi perpustakaan agar bisa lebih digemari. Apabila perpustakaan masa depan mengambil gabungan dari konsep Blended Library,Smart City, dan IoT, peluangpotensi memajukan perpustakaan dapat berkembang denganpesat. Adapula tujuan dari masing-masing konsep yaitu, yang pertama adalah konsep Blended Library dimana peran pustakawan serta fasilitas perpustakaan yang diutamakan. Selanjutnya, konsep Smart City dimana perpustakaan sudah berbasis digital dan menggunakan perangkat elektronik, dan IoT yang berfokuspada perangkat media komunikasi yang bekerja secara otomatis denganmengandalkan sensor dan screentouch yang menambah efesiensidan efektifitas bagi pengunjung perpustakaan. Disatu sisi, gabungandari ketiga konsep tersebut dapat merubah anggapan perpustakaan hanya sebuah institusi penyimpanan buku atau koleksi naskah menjadi perpustakaan merupakan sebuah institusi yang memiliki fasilitas lengkap dan terpadu, sumber pengetahuan yang luas, serta pengoptimalan literasi dengan platform digital. Tidak hanya berupa tulisan, pengetahuan yang dapat diterimadari perpustakaan masa depan dapat berupa suara,video, gambar, maupun dokumen yang tersedia bagi publik.
Salah satu penyokongkeberhasilan konsep BlendedLibrary terletak pada peran pustakawan. Dalam konsep ini, pustakawan memiliki peran sebagai educator sekaligus partner dalam lingkungan pendidikan di era informasi digital. Sehingga, diperlukan adanya training atau pembimbingan bagi para pustakawan agar strategi BlenderLibrary bisa diterapkan dengan maksimal. Disisilain, anggaran yang dibutuhkan tentu sebanding denganbetapa besarnya konseptersebut. Pemerintah sudah seharusnya turut andil untuk mengupayakan agar generasi muda dan khalayak ramai mulai gemar berliterasi. Apalagi, Indonesia menempati peringkat ke 74 dari 79 negara ditingkat literasi. Oleh sebab itu, bukan hanya bobot buku yang dijunjung, namun area perpustakaan juga harus diutamakan.
Selain dari konsep BlendedLibrary, konsep lain yang juga menyokong dapatpenggabungan konsep Smart City dan IoT. Kedua unsur ini saling terikat sebab keduanya sama- sama berbasis digital. Yang membedakan adalah, jika Smart City merupakan daerah dengan infrastruktur berbasis serba digital. Sementara, IoT merupakan suatu komponen yang terhubung dengan perangkat dan masyarakat bisa beraktifitas dengan praktis. Contoh pelaksanaan dari IoT dikawasan perpustakaan adalah, dengan mengisidaftar kunjungan menggunakan screentouch atau sensorsentuhan. Dapat dilakukan pada saat pengunjung menyentuhkan kartu identitas yang berisi barcode ke dalam perangkat IoT screentouch. Hal ini tentunya lebih efesien daripada mendata pengunjung dengan mengetik nomor id atau menulis di buku kunjungan. Selain itu, IoT menggunakan sensor gerak bisa diterapkan saat pengunjung akan masuk ke perpustakaan dan pintu terbuka secara otomatis. Adapulacontoh lain pemanfaatan IoT seperti, pada sensor cahaya,sensor suara, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dari segi pendidikan tentu saja hal ini sangat membantu. Pelajar tidak hanya bisa belajar dirumah atau disekolah, tapi juga bisa belajar di perpustakaan dengan pustakawan sebagai educator atau partner perpustakaan, suasana yang serba digital dan elektronik, serta perangkat IoT yangmemudahkan pemustaka beraktifitas diberbagai aspek. Pelajarpastinya juga semakinsemangat untuk berkunjung ke perpustakaan dan pastinya semangatjuga untuk menambah wawasan dan berliterasi. Generasi muda yang lambat laun ini semakin gemar berliterasi, menandai bahwa Sumber Daya Manusiadi negara Indonesiasemakin berkualitas dan terampil. Hal ini juga memberi pengaruhpada kemajuan Indonesia di masa depan.Dari segi sosial dan budaya, meskipun perpustakaan sudah terfasilitasi dan serba canggih, hal ini tidak akan menghambat interaksi antara pemustaka dengan pemustaka atau pemustaka dengan pustakawan. Pustakawan berperan menjalinkomunikasi dan berinteraksi sehingga para pengunjung tidak akan menjadi pribadi yang individualis. Serta dari segi ekonomi, Pemerintah dapat memberikan subsidi atau bisa juga jika terdapat tiket masuk namun dengan syarat bahwa tiket masihterjangkau bagi khalayak umum, terutama pelajar.
DAFTAR PUSTAKA